Selasa, 22 Desember 2015

Kalau Kamu Baca Status ini, Kamu Pengen Ngapain?


Kalau aku, pengen ngajak yang nulis status ini berantem!, jawab Cuplis.
Wuih, agresif lu Plis, respon Jarno melihat ekspresi Cuplis yang menggebu-gebu.
Emangnya aku ayam jago?
Miriplah dikit kalau tampak samping.
Maksud lu?
Ya, mirip dikit. Kan ayam jago gak ada yang banci. Lu kan agak banci. Kalau ada ayam jago yang agak banci, nah itu bisa mirip banget ma lu, Plis!
Juancuuuk!
Hahahaha… ra sah sok jantan ngunu ta!

Senin, 21 Desember 2015

Tatkala Semesta di Bawah Kaki Kita


Ingatkah kau, Jarno tatkala dulu kau masih duduk di bangku SMP?, tanya Om John.
Apa yang harus aku ingat Om?
Apa pun yang kau masih ingat.
Tidak ada yang musti diingat.
Cobalah, apa yang pernah kau lakukan dulu sehingga kau seperti sekarang ini.
Aku hanya ingat, dulu aku introvert.
Kemudian?
Aku sulit bergaul, hanya memiliki sedikit teman-teman sebaya, yang selalu bersama-sama ketika berangkat sekolah mengendarai sepeda, berkebut-kebutan di tegalan sawah, mampir di warung es ketan ireng sebelah kamar mayat setiap kali pulang sekolah, jatuh terserempet di perempatan Tugu Lawet kemudian disorakin oleh teman-teman dengan sebutan ‘goyang dombret’, selalu dihukum mengelilingi alun-alun kota tiap kali pelajaran olah raga karena tidak hafal gerakan-gerakan senam semi-militer, kemudian malah makan di warung angkringan, hemmm,,, apa lagi Om? Dan untuk apa ini semua? Aku tak paham.
Nah, kau ingat perlahan. Yang lain, yang lain, tentang pendidikanmu dan ujian nasionalmu dulu.

Rabu, 16 Desember 2015

Lapak Si Bunga, Bunga


Dalam perjalanan menuju ke sana, tampak sepasang bunga Amarilys tumbuh menyepi di tepi trotoar jalan. Mungkin mereka sedang berduka. Beberapa saat yang lalu di awal musim penghujan, mereka mendengar kabar berita tentang saudara mereka di dataran tinggi sana. Miris. Umur mereka tak panjang dan belum menyumbang ide apa-apa untuk keindahan alam sekitar. Sementara mereka pun terjebak pada situasi yang memaksa mereka hanya meratap duka.

Ancuk tenan ya, Jarno, ujar Cuplis.

Kamu misuh dan aku yang jadi sasarannya?, sahut Jarno.

Bukan, bukan kamu tapi kamu iya kamu, Cuplis nunjuk sesuatu yang absurd.

Eh lihat, Plis! Ini kan bunga yang heboh di Facebook itu tho. Yang tumbuh subur di Gunungkidul tapi terus musnah oleh para manusia.

Iya. Tumben otakmu punya ingatan yang baik.

Iya dong. Kalau tentang uang dan bunga, ingatanku tokcer!

Rabu, 02 Desember 2015

Aku Benarbenar Ingin Meminjam Mata Batinmu


Masih khusuk aku memandang sebait kata-kata dari orang tak aku kenal:
Sepasang tangan yang mengajakmu berdiri kala terjatuh lebih harus kau percayai daripada seribu pasang tangan yang menyambutmu kala kau ada di puncak kesuksesan
Lalu aku teringat pada orang tuaku, terutama ibuku. Dari latar belakang keluarga ibuku, pendidikan bukanlah hal utama dalam hidup. Tak seorang pun dari saudara ibu yang sempat mengenyam bangku kuliah. Semua dari mereka hanyalah tamatan SMA atau sederajat. Begitu juga ibu. Selepas lulus SMK, ibu langsung menikah dengan gurunya.

Berebda dengan keluarga bapakku. Pendidikan merupakan kemewahan dalam hidup. Mereka memiliki filosofi bahwa pendidikanlah yang akan mengangkat derajat hidup mereka. Maka, hampir seluruh keluarga besar bapakku adalah seorang sarjana, minimal. Ada beberapa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Termasuk aku.

Selasa, 01 Desember 2015

Hari Ini, Setahun Yang Lalu


Aku beranikan diri datang menjemputmu. Diiringi doa dan puja-puji kepada sang Pencipta, aku jabat tangan orang tuamu. Ku dengarkan dengan seksama tiap kata yang terucap dari mulutnya. Pelan namun dalam. Hingga tiba saatnya ia memberikan isyarat, aku menjawabnya dengan sekali hembusan nafas.

Aku tak merasakan apa pun. Seketika dadaku lapang. Batinku hening. Tatapan mataku seolah enggan menyapaku sendiri. Sekajap. Hingga sahutan serempak orang-orang di sekitarku mengucapkan kata yang sama. Syah! Alhamdulillah.

Menangis? Tidak.

Minggu, 29 November 2015

Siapa, Manusia, yang Tahu Kapan Kematian Akan Tiba …


Tak juga aku. Sore itu, segerombolan awan tampak ganas di ufuk barat. Gelap, tebal, dan menggelapkan. Cahaya tak mampu menembus pekat-hitamnya. Aku menatapnya lama dan dalam dari tempatku bersandar dalam lelah penantian. Sempat hampir tak bisa aku berkedip menatapnya. Aku hanya berpikir, hujan akan segera tiba. Hujan yang selalu aku rindu kehadirannya. Hujan yang selalu berkata jujur meski menyakitkan. Aku tetap suka, tetapi.

Smartphone ku berdering. Sebuah pesan dari salah satu mahasiswa yang aku ampu, mengingatkan aku pada sebuah janji. Ah, rasanya aku ingin segera memenuhi janji itu. Waktuku tinggal 40 menit lagi untuk tidak terlambat datang menemui dia di tempat yang telah kami sepakati.

Selasa, 24 November 2015

Putus Nyambung Putus


Kemarau tahun ini, 2015, begitu istimewa: hampir sepanjang tahun. Disambut oleh ribuan bangunan hotel, sekumpulan pemuda dan orang-orang yang peka terhadap lingkungan juga ikut mendirikan komunitas #jogjaasat atau sejenisnya sebagai ekspresi penolakan terhadap berbagai bangunan pencakar tanah. Ya, pasalnya tidak sedikit warga yang mengeluh bahwa sumur mereka mengering.
Cuplis, coba nyalakan lagi saklar listriknya!, perintah Jarno kepada Cuplis.
Okay, Cuplis menyambungkan kembali arus listrik untuk membuat pompa air bekerja kembali.
Airnya belum naik, Plis.
Putus lagi?
Iya
Wah, sumur kita kering nih.
Gak kok, masih ada airnya tuh, lihat!!
Tapi kan pipanya tidak sampai menyentuh bibir air to??
Enggak
Itu permasalahannya!! Gimana bisa air naik!!
Jadi??
Jadi?? Jadi apa?
Kita butuh air!!

Kamis, 29 Oktober 2015

DPP IMM Berangkatkan Kadernya Ke Beijing-China




Menteng Raya Jakarta_ Dewan Pimpinan Pusat  Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Melepas keberangkatan kadernya ke Beijing untuk mengikuti “International Youth Organization forum & Beijing sister City Yothh camp”. Mereka adalah Nasrullhaq dari DPD IMM Sulsel, Virda sari dari DPD IMM Jawa Timur, Eka Pitra Sekretaris hubungan Luar negeri DPP IMM, pemenang Lomba Da’i dan Da’iah Gebyar Ramadan DPP IMM Ardiyansyah dari IMM Ciputat dan Nabila Harahap Dari Korkom FKIP UHAMKA Jakarta.

Minggu, 30 Agustus 2015

Senda Gurau Saja


Apakah hidup itu? Rasa ini berkecamuk hebat di dalam kebodohanku yang tak mampu menafsirkan apa yang Kau mau. Kau bilang hidup ini hanyalah senda gurau belaka. Hidup ini adalah permainan. Hidup ini adalah ujian. Leluhurku menyebut hidup hanya sebuah perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya dan singgah sejenak “nunut ngombe (numpang minum). Bagaimana aku bisa tahu dan memahami bahwa hidup adalah seperti itu, Ya Allah?
Bagaimana aku bisa tahu bahwa hidup ini hanyalah senda gurau belakan yang Kau hamparkan di muka bumi? Lelucon yang Kau sajikan tak mampu aku cerna sebagai sebuah lelucon yang menghibur. Lelucon yang sering aku simak dengan keseriusan: serius mencoba menikmati lelucon ini. Aku pikir, tidak hanya aku. Hampir seluruh makhlukMu melihat leluconMu sebagai sebuah keseriusan yang akut.
Lalu bagaimana aku bisa menikmati leluconMu itu, Ya Allah?
Seorang seniman akan menyiapkan penampilannya dengan sangat serius meski pertunjukkan yang akan ditampilkan adalah sebuah lelucon. Dia akan merasa puas bila pesan yang ada di otaknya bisa tersampaikan dengan baik ke dalam otak penonton. Aku pun yakin bahwa Kau telah siapkan pertunjukkan ini dengan serius tetapi aku masih saja tak mampu pesan moralMu. Aku begitu bodoh, Ya Allah.
Konflik terjadi di tengah masyarakat. Berbagai usaha dilakukan untuk menuntaskan masalah yang menjadi penyebab konflik itu. Hukum rimba yang dikatakan punah ternyata kokoh menginjakkan taringnya dan dianggap lumrah. Orang-orang jujur punah perlahan. Orang-orang alim yang patuh pada peraturanMu hilang perlahan. Orang-orang rakus, serakah, culas, curang, bahkan munafik justru betebaran di mana-mana. Mereka menguasai berbagai lini kehidupan. Sempat aku tertawa melihat fenomena ini. Tetapi berikutnya adalah tangisan duka dalam dada ini. Tawaku tak lagi tersungging melihat apa yang terjadi di sekelilingku. Bahkan apa yang terjadi pada diriku sendiri. Ya Allah, hal itu gak lucu, bukan senda gurau seperti yang Kau katakana dalam kitabMu.
Mereka yang tak patuh kepadaMu, bahkan meragukanMu, tampak berkuasa dan memiliki kemampuan mengatur hidup orang lain, bahkan kehidupan dan kematian. Kenapa bisa demikian Allah? Kenapa justru mereka yang mengerti pesanMu tak memiliki banyak pengaruh kepada yang lain, bahkan terlihat asing di mata yang lain?
Uang. Orang memandang uang adalah Tuhan mereka. Segala yang ada di bumi ini tiada aka nada harganya tanpa uang. Alat ukur jual beli telah merasuk dalam alam pikir kami, Allah, mungkin menggantikanMu. Bagiamana tidak, kami tak mampu menjangkauMu. Kami tak mampu, Allah. Tak mau belajar? Kami bukan tak mau belajar. Kami bukan tak mau peduli pada hamparan ilmu dariMu. Tetapi kami justru terpojokkan setiap tetes ilmu yang aku pelajari menjadi bahan gunjingan, menjadi sasaran keterkucilan di masyarakat, dan menjadi sasaran atas kekacauan yang terjadi di mana pun.
Ya Allah, ampuni aku jika terkadang aku ragu hari esok akan menjadi seperti apa. rezekiMu begitu abstrak. Ya Allah, jangan Kau hukum aku atas keraguanku ke dalam golongan orang-orang musyrik. Karena sungguh aku tahu bahwa rezeki dariMu akan selalu mengalir dan tercurah untuk makhluk-makhlukMu. Bahkan untuk pohon-pohon yang tak mampu move on selayaknya makhlukMu yang lain, Kau sediakan mereka rezeki untuk hidup. Ya Allah, sungguh semata-mata itu hanya ketakutanku saja, keterbatasan ilmuku, ketidamampuanku melihat kebesaranMu, dan kelemahan-kelemahanku di dlam roh kehidupanku.
Ya Allah, senda gurau ini tampak begitu serius. Senda gurau ini tampak begitu abadi. Senda gurau ini seolah merupakan jiwa dari tiap kehidupan. Kami belum mampu tersenyum bahkan tertawa atas tiap keputusanMu yang kami lihat di depan mata kami.
Ya Allah, ampuni kami atas semua kebodohan kami. Yang buruk atau baik di mata kami, belum tentu buruk atau baik di mataMu. Kami belum mampu menertawai diri kami dan ini semua.


BaitApat, Jogokaryan

300815/1233

Rabu, 24 Juni 2015

Senandung Cinta Sang Nyonya


Rasa itu tak pernah pudar.
tak pernah pula ku pupuskan suatu harapan.
orkestra.
Tuhan kita Maha Luas.
Memintalah selalu kepadaNya tatkala tiap rengkuhan langkah kita
seperti menjangkau mangga di ujung pohon itu

selalulah bernyanyi
selalulah bernyanyi
selalulah bernaynyi
ke dalam tiap relung hati

Kamis, 04 Juni 2015

M, Hari Pertama


Cuplis belingsutan di teras BaitApat. Wajahnya sayu. Tak betah sekedar duduk atau berdiri barang sejenak. Selalu saja berpindah tempat. Entah sudah berapa kali. Terlihat enerjik memang bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam hitungan menit. Tetapi sesungguhnya, bukan enerjik tetapi lemah tiada bantah.
Masih sakit perutmu, Plis?, tanya Jarno sepulang dari warung membeli yang Cuplis butuhkan.
Masih, Jarno. Dan sekarang lihatlah aku, telah terkapar tiada daya macam ini. Lemes pisan euy…
Makanya jangan songong lu jadi orang. Kemarin nggodain mbok Sregep si penjual jamu itu sih. Dia kan manusia juga yang punya rasa lemes walaupun jual jamu kuat.
Ni lemesnya beda. Dia lemes muter-muter jual jamu, jalan kaki. Lha aku lemes karena M hari pertama cuy…
Itu kan cuma beda sebab aja, tetapi efeknya kan sam-sama lemes.

Jumat, 29 Mei 2015

Kortisol



Jarno, lagi apa kamu? Aku sampai dicuekin gini, ujar Cuplis.
Siapa lu?, jawab Jarno. Dia tetap pada kekhusukannya memandang layar smartphone.
Tega nian kau ini. Ya sudah. Aku mencari teman ngobrollain saja. Alat itu telah menjadi masalah. Menjauhkan yang dekat meski mendekatkan yang jauh. Tetapi kalau ada masalah di depan mata, apa iya akan meminta tolong yang jauh? Ya sudahlah.
Eh eh eh eits!!! Jangan gitu dong Plis. Ok ok, sorry. Aku lagi baca info penting nih tentang khalwat alias berdua-duaan antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim dari grup whatsapp. Lihat ini.
Apa tuh? Asik gak?
Maksudnya?
Khalwat itu apa?

Senin, 25 Mei 2015

Dunia: Bayangan Terang?



Ini dini hari. Tetapi tak lagi subuh.
Apakah dini hari adalah saat dimana orang terbangun dari tidurnya dan melihat dunia?
Kalau iya, maka ini adalah dini hari meski tak lagi subuh.
Kemudian teringat aku pada sebuah epigram Plato, “Dunia ini hanyalah bayang-bayang.” (alamak… kenapa harus epigram??). Harus aku akui, dunia ini begitu indah tampak oleh mata. Kalau dunia seindah ini, yang dianggap hanyalah sebuah bayangan oleh Plato, lalu wujud aslinya pastilah lebih indah. Tetapi tak pernah dengan ikhlas kita memandang wujud aslinya karena yang kita lakukan hanyalah menunduk saja melihat bayangan itu.
Seperti halnya aku dan final masterku di UGM.

Minggu, 17 Mei 2015

Liburan



Bulan Mei 2015 menyuguhkan kesempatan libur panjang. Setidaknya, bagi para buruh dan pegawai kantoran, ada hari libur 4-5 hari. Itu pun dengan strategi yang jitu untuk meminta izin di hari yang diapit oleh hari libur untuk meliburkan diri. Begitu pula saya dan apa yang telah saya lakukan. Ditambah, ada jatah hari yang diliburkan karena faktor lanjut studi. Lima hari saya mendapatkan jatah liburan.
Semasa kuliah, liburan merupakan kata yang cukup asing ditelinga saya. Hampir tak pernah saya peduli dengan hari libur karena bagi seorang aktivis kampus, hari libur adalah hari untuk rapat dan konsolidasi. Atau bis ajuga dijadikan sebagai hari pertemuan jodoh.
Liburan juga suatu aktivitas yang sangat jarang sekali saya lakukan. Kata orang, liburan merupakan sarana jitu untuk menghilangkan stress atau penat kerja selama waktu-waktu padat yang telah dilalui. Kemudian pertanyaannya, bagi saya yang tidak tertarik untuk liburan, apakah saya berarti tidak stress? Atau malahan saya tidak punya kerjaan yang membuat stress? Tentu tidak. Bagi saya, liburan sebagai sarana untuk menghilangkan stress karena penat bekerja adalah omong kosong. Hal tersebut saya alami dan amati sejak saya lulus kuliah dan memulai rutinitas pekerjaan.

Senin, 11 Mei 2015

Hidup; Gak SeAnjing itu, Dab!


Kita ngomongin anjing nih Om John sekarang?, bertanya Cuplis.
Iya, Cuplis. Kamu suka?, jawab Om John.
Wolah, gak cuma suka Om, tapi suka beud, Cuplis ber-alay. Pokoknya yang nyinggung masalah asu ki aku suka Om.
Bisa aku pahami dengan baik pernyataan Cuplis itu Om. Asu kan bagian dari DNA nya Cuplis, serbu Jarno.
Asu kowe ki. Mbok meneng!!
Lha tenan to, Om…

A Unique Christmas Celebration in Australia




Christmas Day falls on December 25 and is an occasion for Christians to celebrate the birth of Jesus. Many Australians give each other gifts, prepare special meals and decorate their homes at this time of year. Many aspects of the Christmas celebrations are originated from winter celebrations in Europe. However Christmas celebration in Australia is increasingly influenced by the Australian climate and wildlife.
A day before Christmas Day usually is called as Christmas Eve. It is a busy time of the year for many people who celebrate the Christmas season, as many spend Christmas Eve preparing for Christmas Day. Many offices have pre-Christmas lunches or parties on Christmas Eve. Some workers may have a half or full day off. Those who have time off may take part in summer (southern hemisphere) activities or sports such as swimming, surfing, tennis, windsurfing, football, cricket, barbecues and beach volleyball. For some, it is a time to travel to the northern hemisphere to experience a Christmas with snow. Why? It is since the weather is hot in outback Australia and other regions during this time of the year. Christmas in Australia occurs at the height of summer where the temperature can reach a sweltering 30°C whilst here in the UK, us Brits are wrapping up warm to beat off an average temperature of just 1°C with only 1 to 2 hours of sunshine, whilst down in Oz the sun shines all day long. Therefore, Australians celebrate their Christmas without all traditions of Europeans have such as ‘Santa Claus’ with his smart deer, snow, Christmas Tree, praying socks, candies, and other stuffs that we usually recognize in common.

Minggu, 10 Mei 2015

DPP IMM DIRIKAN CABANG ISTIMEWAH DI CHINA MELALUI PROGRAM BEASISWA


Sabtu, 9 Mei 2015. Hari ini Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) melepas keberangkatan kadernya ke China dalam program Beasiswa di Wuhan University of Technology (School of Foreign Languages / Chinese  2015). Dialah Wildan Nabil Afkar. Salah satu kader terbaik asal Tlogowungu. Kabupaten Pati Jawa tengah yang saat ini hafal 10 juz Al-Qur’an. Wildan mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di Hubei university of Chinese Medichine 2015-2020. Ketua umum DPP IMM (Beni Pramula) dalam sambutannya pada saat seremonial pelepasan Wildan di Sekretariat DPP IMM Menteng Raya 62 Jakarta. Secara khusus berpesan kepada Wildan agar menimba ilmu dengan sungguh-sungguh dinegeri China sebab tidak semua pemuda mendapatkan kesempatan seperti ini. “Kamu beruntung Dik Wildan. Dinegeri Arab sana ada sebuah pepatah yang mengatakan “Tuntutlah ilmu meskipun harus sampai ke Negeri China”. Itu artinya banyak hal yang dapat dinda pelajari di china, ilmu pengetahuan, kebudayaan, tekhnologi dan kita tahu bahwa china kini merupakan salah satu pusat peradaban dan kejayaan ekonomi dunia tentu saja banyak ilmu yang dapat kau bawa ke tanah air ketika kembali dan kamu adalah katagori kader yang mendapatkan rezeki dari pepatah itu Jangan sia-siakan beasiswa ini tidak mudah untuk mendapatkannya, belajarlah yang rajin, jangan menyerah apapun rintangan yang akan terjadi disana bila perlu azamkan didalam diri tidak akan pulang sebelum berhasil. Suatu hari jika cita-cita telah kau raih, kembalilah bangun negerimu, bangun organisasimu, bangun keluarga dan kampungmu”.
Secara khusus Wildan menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada DPP IMM yang telah mengusahakan beasiswa tersebut melalui jaringan internasional IMM. Wildan berharap dengan keberangkatannya ini akan memberi manfaat bagi kemajuan Ikatan dalam membangun jaringan internasional. Setidaknya bisa memberi motivasi bagi kader IMM Se-Indonesia agar berpretasi dan mengejar cita-cita dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Mohon do'a dan dukungan kawan2 agar dengan ide serta gagasannya mereka dapat mengharumkan nama Indonesia di sana sekaligus IMM tercinta, sekaligus dalam rangka menduniakan ide dan gagasan IMM.

Ela Nofitasari Ketua Bidang Hubungan Luar negeri DPP IMM mengatakan “Selain mendapatkan beasiswa diChina Saudara Wildan kami beri tugas untuk mempersiapkan pendirian Cabang Istimewah IMM disana untuk memperluas ekspansi dakwah Ikatan mahasiswa Muhammadiyah. Hari ini kami memberikan surat mandat kepada wildan untuk menjadi Ketua PLT persiapan cabang Istimewah IMM di China. Dalam waktu dekat DPP IMM akan mengutus instruktur untuk mengkader mahasiswa China dan meresmikan cabang disana, seperti pada beberapa bulan yang lalu telah didirikan cabang istimewah IMM di Thailand. Dijelaskan oleh Ela kesempatan baik ini sebagai momentum bagi kader IMM untuk tidak hanya menyikapi kondisi internal dan permasalahan umat dalam cakupan nasional. Tapi ke depan, IMM harus segera menjelma menjadi bagian dari warga dunia. Sudah saatnya bagi IMM untuk bertindak global, berwawasan internasional, dan mengembangkan kiprah secara meluas.

Tahun ini dan tahun mendatang nampaknya menjadi tahun-tahun emas kegemilangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Baru-baru ini kita telah banyak mengirim kader-kader kita untuk belajar dan berdiaspora ke beberapa Negara, bukan untuk sekedar jalan-jalan ke luar negeri, jauh daripada itu. Namun untuk menuntut ilmu. Ada yang study dengan beasiswa ada pula yang lolos mengkuti program-program pertukaran pemuda antar Negara dan tidak sedikit merupakan undangan langsung untuk mengikuti forum-forum seminar internasional. Secara besar-besaran DPP IMM mengirimkan kader-kader terbaiknya untuk menyebar ke berbagai belahan dunia guna menyumbangkan ide dan gagasannya pada forum-forum internasional. Diantaranya :

31 Agustus 2014, kita melepas kepergian salah satu kader terbaik, Immawan Rijal Ramdani yang merupakan Ketua Korps Instruktur dan Sekretaris Bidang Kader DPD IMM DIY, untuk pergi ke India mengikuti program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN). Bertemu dengan perwakilan pemuda dari 10 Negara Asean yang diselenggarakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga RI bekerjasama dengan Confederation of Indian Industry (CII). Selain Rijal. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM juga memberangkatkan salah satu kader terbaiknya menuju Seoul Korea dalam acara International Youth Conference, yakni Ajar Pradika A. Tur yang aktif di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Yogyakarta.  Keikutsertaan IMM dalam konferensi bertajuk “New Understanding of History in East Asia: From History of Conflict to the History of Shared Understanding” merupakan bentuk tanggungjawab dan dukungan IMM sebagai organisasi kepemudaan untuk ikut serta merancang dan menyelenggarakan perdamaian dunia di wilayah Asia Timur. “Sebanyak 53 pemuda yang berasal dari berbagai negara di dunia berkumpul di Seoul sejak 17 Agustus hingga 21 Agustus 2014 untuk membahas dan mendukung niat perdamaian di Asia Timur”, tutur Ajar Pradika. Peserta konferensi ke Demilitarized Zone (DMZ) yang memisahan Korea Utara dan Korea Selatan merupakan bentuk kesungguhan Korean National Commission for UNESCO dalam mengusung rencana rekonsiliasi seajarah ini.

Tidak hanya India dan Korea. Tahun 2013 IMM diundang oleh Pemerintah kerajaan Bahrain untuk mempresentasikan  tema seminar “PEACE AND SOCIAL JUSTICE” dan mendapatkan Nobel Perdamaian Dunia pada acara International Youth Conference, yang dihadiri oleh pemuda dari seluruh dunia di Negeri semenangjung arab tersebut. Pun ditahun yang sama mengikuti kegiatan Malasya-Indonesia youth Exchange Program. Tahun 2014 kita turut serta dalam ajang bergengsi “Model United Nations G-20 Summit” di Belanda, jerman dan paris, memaparkan materi seminar mengenai solusi mengatasi pengangguran pemuda. IMM harus mampu bersaing dikancah internasional untuk menduniakan ide dan gagasannya. Pada tanggal 13 Agustus 2014 enam diantara kader terbaik IMM juga diberangkatkan ke Penang Malasya untuk mengikuti kegiatan  Final Youth Jam Mereka adalah : Qahfi Romula Siregar (Ketum DPD IMM Sumut), Immawan Muhammad Amiri (Kader IMM DKI), Agus Salim Lamusu (Kader IMM Gorontalo), Nofri Julimet ( Kader iMM Sumbar ), Shiva Nur Azizah ( Kader IMM Banten ), Rifka Nurullita ( Kader IMM DKI ). Immawan Fajar dan Wilson pada acara “Young enterpreneurs Assembly 2014” di Bangkok – Thailand. Baru-baru ini Immawati Ela Nofitasari ketua Bidang hubungan Luar Negeri DPP IMM, menyambet juara III dalam The 5th ASEAN Frontier Forum di Busan Korea – Selatan 23-29 November 2014. Ela sekaligus dinobatkan menjadi Duta Pariwisata (Turism Industry) Indonesia untuk ASEAN setelah mempresentasikan makalahnya dengan judul ASEAN as a Single tourism Destination.

Selasa, 05 Mei 2015

Lupa Kelamin


Heh!!! Itu beneran judulnya kayak gitu, Om John?, sergah Cuplis.
Emang kenapa Plis?, sergah Jarno.
Iya, betul. Memang judulnya seperti itu, jawab Om John. Ada masalah, Cuplis?
Ow, gak kok Om John. Kalau ada hal yang agak gimana gitu, langsung penasaran. Gue mah gitu orangnya.
Alangkah lebih baiknya, Om John menyampaikan apa yang dimaksud dengan lupa kelamin, bujuk Paman Pithak.
Aku rasa pun demikian baiknya, jawab Om John.
Cucok booo, cericau Cuplis.
Baiklah, kawan-kawanku yang dirahmati Allah. Pada kesempatan Celoteh Malam Minggu kali ini, saya ingin curhat sedikit tentang cinta.
Ciye ciye ciye ciye, sahut Cuplis dan Jarno yang merasa topik itu adalah dunianya.
Om John belum bias move on niyeeee…, gurau Cuplis.
Hust hust hust.. lambe mu kui lho. Meneng!!!, gertak Jarno

Jumat, 01 Mei 2015

Que Sera-Sera, No More!




Cuplis memarkir motornya di pelataran Gubuk BaitApat. Biasanya dia tidak sekasar itu memarkir motornya. Sengaja, agar Jarno memberikan perhatian atas kedatangannya. Tetapi tidak sesuai harapan Cuplis. Jarno masih asik menatap selembar kertas dan menggenggam sebatang pena, matanya menatap jauh ke langit yang kelabu, sembari digoda angin dan debu.
Woi, songong banget elu. Bos datang kagak disambut. Biasanya elu cium tangan gue, cuci kaki gue, bikinin gue minum. Sekarang gak nih?, sapa Cuplis.
Jarno tidak peduli. Angkasa pikirannya begitu luas saat itu, menyibak memori bertahun-tahun lalu yang kini terangkat karena kehadiran seseorang yang mirip dengannya. Sebenarnya Jarno tak lagi ambil pusing. Dia mampu move on atas kenangan itu yang membuatnya tiada lagi bertegur sapa sejak duduk di bangku kuliah. Hanya kesalahan kecil. Sungguh hanya kesalahan kecil.
Eh, elu kesambet apa sih? Setan petir yak?

Minggu, 12 April 2015

Spasi





Sekian malam minggu berlalu, baru kali ini saya beranikan diri berjalan. Di sisi jalan yang ramai, ku temui Kesepian yang sedang duduk memandang lampu jalanan.
Merasa perlu, saya hampiri dia yang sedang sendirian menikmati malam.
Saya tawarkan sesuatu, “Ada yang bisa saya bantu?”
Tanpa menatap, dia pergi menyingkir.
Saya mematung. (FB-ET)

Minggu, 15 Maret 2015

Pembeli Adalah Raja


John sedang duduk di teras Baitapat. Seperti setiap sore yang selalu dia lakukan. Menggumuli senja. Sebagai pensiunan PNS, dia merasa galau akhri-akhir ini oleh keputusan tuannya yang mengebiri gaji pensiunannya. Itu adalah sumber kehidupan dia sejauh ini. Bukan, dia bukan dalam kondisi yang rapuh karena keputusan itu. Tetapi dia hanya tidak mampu memikirkan betapa bodohnya dia dahulu ketika harus takluk oleh bujuk rayu dunia dengan memilih menjadi seorang abdi negara karena pilihan politknya. Dan bagaimana nasib jutaan PNS yang sudah terlanjur bodoh dan dibodohi oleh rutinitas semu selama bertahun-tahun yang membuat otak-otak mereka mahal harganya karena masih orisinil.
Cuplis dan Jarno datang dengan wajah layu pula. Duduk. Mereka tak saling memandang. Masing-masing larut dalam gelisahnya. Terpaksa, cicak menggugah mereka.

Minggu, 08 Maret 2015

Meratap di Bawah Portal

Malam ini sepi, dingin pula, gumam Cuplis.
Malam belum larut. Jam baru saja menunjukkan pukul 21.30. Tapi sepi. Bukan malam Jumat pula. Tapi memang malam ini sepi. Cuplis hanya bisa melompat-lompat mondar-mandir di sekitar tempatnya menikmati sepi malam.
Ooooiiiiiiii, suara datang dari belakang mengagetkan Cuplis.
Aduuuh duh duh duh, kaget deh ah, sahut Cuplis kaget.
Waaaahhhh sekong lu?, tanya Pocong 1.
Siapa yang sekong? Aku Cuma kaget kok, jawab Cuplis.
Eh ini siapa?, tanya bos Pocong pada kawan-kawannya.
Pocong baru bos, jawab Pocong 2.
Oooooo… lu anak baru di sini?, tanya bos Pocong pada Cuplis.
Penting buat kamu, mas???, jawab Cuplis.
We e e e e, berlagak lu yeee… anak baru dah berlagak yeee
Kasih pelajaran aja bos, bujuk Pocong 3.
Owww, jelas. Kita OSPEK ini anak baru, jawab bos Pocong. Eh, lu, ikut kita-kita, jangan so berlagak lu yee di sini sebelum lulus tantangan dari kita-kita. Berani gak lu??, tantang bos Pocong pada Cuplis sambil mendekatkan hidungnya ke muka Cuplis.
Kamu jual, aku beli, mas!
Mantap!, seru si bos. Ayok ikut gueeee, si bos melompat-lompat meninggalkan pekuburan Cuplis yang masih basah. Bau bunga-bunga kematian masih betebaran. Cuplis menutup pintu rumah barunya, melompat mengikuti kawanan pocong menuju sebuah gang kecil.
Aku kenal gang ini, gumam Cuplis. Ini kan menuju Gubug BaitApat. Setelah tikungan depan sana, akan ada portal yang baru saja direnovasi oleh teman-teman beberapa hari lalu.
Masuk gang, menuju tikungan.
Tuh kaan, gumam Cuplis. Ada portal berwarna hitam-putih sebagai tandan jam malam masyarakat.
Stoooooopppp, komando si bos. Kawan-kawan, jaga kepala masing-masing. Jangan sampai nyundul portal!!!, perintah si bos pakai nada tinggi.
Siap bos, laksanakan.
Di ujung portal, ada tulisan “Jam Malam Masyarakat: 10.00 p.m. - 05.00 a.m.”. Sampailah mereka di tegalan sawah tempat Cuplis biasa bermain bola semasa kecil. Di sana ada sebuah kursi kayu tua di bawah pohon beringin dan sebuah lampu jalan yang tidak selalu menyala.
Heh, anak baru, di sini lokasinya. Kita uji nyali. Rasakanlah! aura mistiknya sangat terasa, menirukan aktor-aktor di Dunia Lain.
Hei, plis deh, kita kan pocong. Pocong juga hantu kaleee…, Cuplis sewot.
Kamu kita uji nyali sebagai penghuni baru Kuburan Pendem. Kamu harus berada di sini sampai terdengar ayam berkokok. Setelah kamu mendengarnya, kamu harus langsung pulang ke kuburan melewati jalan yang tadi kita lewatin sebelum matahari terbit. Mengerti?
Gitu doang?
Berlagak luuu. Iya!!! Da masalah?
Ow, gak gak gak.
Di sana ada kamera, di sana ada kamera, dan di sana juga ada. Kalau gak kuat, lambaikan kedua kakimu. Mengerti??
Semplak ni bos, gumam Cuplis. Siap mengerti, jawab Cuplis.
Baiklah, selamat beruji nyali. Hahahaha. Kawan-kawan, ayo kita pesta di rumah sambil menunggu si anak baru ini selamat sampai batas waktunya.
Si bos dan kawanan pocong melompat kembali ke kuburan sambil menyanyikan alunan acapela mereka pada tiap lompatan: dum lala, dum lala, dumlala, uye uye, dan goyang pinggang. Makin menjauhi Cuplis.
Jam 11 berlalu. Jam 12 lewat sudah. Jam 1 pagi, aman.
Aduh,aku gak bawa jam ni. Jam berapa sekarang. Emangnya ada apa sih, kok sampai uji nyali di sini segala. Masa hantu kok dihantui.
Jam 2 lancar. Jam 3 lanjut. Jam 3.30, terdengar ayam berkokok.
Nah itu dia si ayam dah bangun. Uji nyali apaan nih kayak gini. Pulang ah.Gini doang?? aku mah bukan apa atuh. gampang.
Cuplis melompat-lompat pulang segera, khawatir mentari segera terbit. Pulang melewati jalan yang tadi dilewatin bersama. Sampailah pada tikungan berportal hitam-putih setinggi pinggang orang dewasa. Portal itu telah rubuh. Cuplis belum peduli. Barulah ketika sampai di dekatnya hendak melewati, Cuplis bingung.
Ini portal kenapa ngalangin jalanku sih. Mana aku gak bisa ngangkang pula. Lompat juga gak sampai bisa nglewatin ni portal. Gimana nih yak.
Cuplis terus mencoba melewati. Berbagai macam cara dia lakukan.
Halah, digembok pula. Duh, gimana nih lewatnya.
Portal itu digoyang-goyang tanpa arti. Kemudian Cuplis melirik tanda ‘Jam Malam Masyarakat’ di sisi kirinya.
Alamaaaaaaaaakkkkk. Ini baru dibuka jam 6??? Gilaaaa… woi woi woi, pak ronda, bangun bangun, bukain portalnya oiiiii… aku mau lewat!!! Aduh aduh,,,
Pikiran Cuplis melayang semasa SMA. Yang dulu sering berlagak sok terhadap hantu-hantu China, yang kalau ditempeli kertas langsung diam tapi lompatannya luar biasa tinggi. dan dia gunakan itu untuk mengejek pak Bambang.
Pak Bambang, aku minta maaf, dulu sering kabur pas pelajaran lompat tinggi. Aku gak tau kalau akhirnya aku musti jadi pocong macam ini. Portal setinggi ini aja aku gak bisa melompati.  Ampun pak Bambang, ampun.
Dalam ratapannya itu, tinjuan semeber air tiba-tiba menyadarkan Cuplis dari ratapannya.
Woi Cuplis, bangun!!! Denger Adzan Magrib gak oiii??? Bangun!!!
Astagfirullah
Ngapain kamu teriak teriak minta ampun?, tanya Om John.
Alhamdulillah, aku masih hidup. aku mau ketemu pak Bambang, bergegas lari tanpa arah.

Kamu, Kesendirianku


Harus aku akui bahwa aku kehilangan kamu. Kini aku seperti terjebak dalam lingkaran yang tak pasti namun terlihat begitu pasti. Terjerat untuk tidak melihat dunia lain selain apa yang kulihat saat ini. Aku merasa begitu cupu dan bodoh. Dunia diluar begitu agung semnetara aku hanya terjerembab pada ruang kosong berukuran sekian meter berbentuk kotak. Dan berteman beberapa orang kawan. Berteman?
Bagi teman satu-satunya yang mampu mengerti aku adalah kamu. Tipe ku bukan seorang yang mampu bergaul dengan banyak orang. Aku masih ingat, ketika komentar seorang kawan yang untuk pertama kalinya berjumpa denganku: kamu adalah orang angkuh yang egois pada drimu sendiri. Ya, aku mengetahui pandangan itu. Aku seorang yang introvert. Lebih eksrim lagi, aku layaknya seorang autis yang larut pada duniaku sendiri, aku tak peduli. Aku punya ketertarikan dan aku pun tak meminta mereka tertarik pada apa yang membuat ku tertarik. Tetapi lambat laun, mereka yang lama mengenal aku, mereka akan tau seperti apa aku. Jelas, kita telah berteman selama bertahun-tahun.
Aku juga masih ingat beberapa tahun lalu sebelum aku berada pada posisiku saat ini. Keasyikan berada di tempat yang lebih tinggi, bercengkrama dengan sepoi angina pagi dan sore, berjumpa terik matahari, mendengar kicau dan riuhnya penjaja makanan dipinggri jalan kota, dan terkadang aku berjumpa dengan pecintaku: hujan dan angin. Tapi kini yang terakhir itu sungguh mengerikan. Sampai-sampai aku tak berani menatapnya. Tampaknya, cuaca telah merubah perangainya yang tenang menjadi liar. Di situ kadang aku merasa sedih. Tetapi yang masih membuatku bahagia adalah hujan tetaplah seorang makhluk yang jujur.
Kamu, dimana kamu? Apakah aku tak lagi pantas untuk mengenangmu walau kita tak lagi pernah berjumpa? Ataukah kamu sengaja menyembunyikan diri dan tak mau dikenang walau sepersekian detik. Ataukah … ah sudahlah, aku tak tau lebih dalam. Yang pasti adalah aku meminta maaf padamu.
Ini sifat manusiaku bahwa segala sesuatu yang datang setiap hari secara rutin kadang membuat ku lupa untuk bersyukur. Sementara mereka yang datang tidak setiap hari, bahkan hanya sekali seumur hidup, akan terkagum-kagum melihatnya. Ya, begitulah yang terjadi ketika aku sedang bedua denganmu saat senja yang mendung itu. Seorang wanita yang baru saja mengenal dunia kotak kosong kita mengunjungi suatu tmepat di belakang yang biasa menjadi tempat kita berjumpa: di ujung gedung, berlatarkan ribuan gunung yang menjalar dari ujung pantai hingga kaki Merapi. Di sana pula aku sering menghabiskan waktu untuk menatap mu dalam rinai hujan ataupun senjakala. Wanita itu berkata, “Wow, I never know if we have this beautiful place. Why do not you tell me this?
Jelas saja aku takkan pernah memberitaumu karena ini tempat kami memadu kasih. Dia tampak begitu senang mengetahui tempat itu tetapi aku yang hamper tiap hari berada di tempat itu, merasa biasa saja. Tidak ada yang “wow” seperti yang dia bilang.
Aku kurang bersyukur ketika kamu berada di sisiku saat dulu kala itu. Aku mengutukmu sebagai sebuah aib. Aku menghardikmu sebagai sebuah benalu. Tetapi kau bergeming hingga aku pergi dari rumah untuk bertemu dengan kawanan manusia dan bercanda. Saat itu kau pergi, tetapi masih mengintaiku. Apakah aku tidak tau? Jelas, aku tau kau mengintaiku. Dari sudut matamu ada sudut mataku yang tak kau ketahui. Setiap apa yang kau lihat, aku pun melihatnya. Matamu bukan mataku, mataku pun bukan matamu tetapi di dalam matamu ada aku.
Dan kini benar-benar aku rasakan ketidakhadiranmu. Barangkali kau telah putus asa mengetahui bahwa aku selalu habiskan seluruh waktuku hanya untuk yang lain. Aku sungguh merindukamu dan sungguh aku takkan lagi menjadi aku yang dulu: yang tak pandai bersyukur. Tidakkah sejarahpun memiliki wajah sayu dan bahagia? Begitu pula aku.
Kamu adalah aku. Di dalammu ada aku, aku, aku, dan aku yang lain yang berbincang-bincang mengukir mimpi, cinta, dan cita. Dan kesendirian tidak sama dengan kesepian.

Selasa, 03 Maret 2015

Kau yang Segera Menghilang Dari Sekitarku




Kau segera menghilang dari sekitarku ketika ku palingkan wajahku ke kanan kemudian ke kiri saat dhuhur itu. Dan ku sadarkan diriku dari asyik masyuk ku untuk merasai kehadiranmu. Ku tata dudukku sedikit ke belakang dari shaf sholat awal. Berdizikir. Kau berdiri, berjalan menuju kanan ku kemudian mengangkat kedua tanganmu: Takbiratul Ihram. “Dia sedang sholat Rawatib”, pikirku dalam sela dzikirku. Hanya selang beberapa menit saja, ku palingkan kembali wajahku ke arahnya, dia hilang. Tiadapun jejak yang bisa aku telusuri.
Tuhan, Kau hadirkan satu makhlukMu yang membuat ku sedikit tidak khusuk dalam sholatku. Aku mohon ampun atas ketidakkhusukkan itu.
Sebelah kiriku kosong dalam barisan shaf sholat Dhuhur. Memang tidak ada yang mengisi sampai rakaat kedua. Karena sebelumnya pun aku berpikir, ruang ini terlalu sempit untuk diisi oleh seseorang, bahkan anak kecil. Tetapi memasuki rakaat ketiga, lelaki itu datang dan memposisikan diri di sebelah kiriku. Bau agak menyengat langsung tercium dari lubang hidungku. “Duhai Allah, hatiku miris melihat hambaMu yang sholat disebelahku dengan kondisi semacam itu”, batinku dalam sela bacaan sholatku.