Cuplis memarkir
motornya di pelataran Gubuk BaitApat. Biasanya dia tidak sekasar itu memarkir
motornya. Sengaja, agar Jarno memberikan perhatian atas kedatangannya. Tetapi tidak
sesuai harapan Cuplis. Jarno masih asik menatap selembar kertas dan menggenggam
sebatang pena, matanya menatap jauh ke langit yang kelabu, sembari digoda angin
dan debu.
Woi, songong banget elu. Bos datang kagak disambut. Biasanya
elu cium tangan gue, cuci kaki gue, bikinin gue minum. Sekarang gak nih?, sapa
Cuplis.
Jarno tidak peduli. Angkasa
pikirannya begitu luas saat itu, menyibak memori bertahun-tahun lalu yang kini
terangkat karena kehadiran seseorang yang mirip dengannya. Sebenarnya Jarno tak
lagi ambil pusing. Dia mampu move on atas kenangan itu yang membuatnya tiada
lagi bertegur sapa sejak duduk di bangku kuliah. Hanya kesalahan kecil. Sungguh
hanya kesalahan kecil.
Eh, elu kesambet apa sih? Setan petir yak?
Jarno memandang Cuplis
sejenak.Cuplis pun demikian. Mereka saling pandang. Kemudian Jarno memalingkan
muka.
Mukamu masih sama seperti yang dulu ya, Plis?!! Ujar Jarno
datar.
Muka lu soak. Ya kagak berubah lah!!
Nah itulah makanya,, aku lagi males lihat kamu. Aku lagi
melankolis nih.
Apaan tuh, melankolis?
Sensitif, menatap
langit
Sensitif kenapa? Cowok bisa sensitif juga yak?
Bisa, masih menatap
langit
Que Sera-Sera lah ....
Apaan tuh, Plis?
Sensitif
Emang bisa?
Bisa
Ancuk koe Plis ... melu melu awaku wae koe ki!!!Minggat
konoh!!
Lha elu sih..diajak ngobrol, malah nyuekin. Nggak anggap gue
temen lu nih??
Eits eits.. koe temen aku. Wes. Dadi gini Plis. Aku lagi
ingat sahabatku sewaktu SMA. Dia namanya Justi. Tapi aku memanggilnya Cebee
(baca: sibi).
Cieileh... guayamu cuk cuk..
Sik to.. dia juga memanggil ku dengan sebutan Pebee (baca:
pibi).
Ahahaha.. Peebee.. ahahaha “pee” ki kencing dan “bee” ki
tawon.. tawon nguyuh hahahaha
YOUR HEAD!!!! Pebee bukan Peebee!!! Dia partner debat bahasa
Inggris. Kita gak pacaran walo banyak orang bilang kita pacaran. Murni, kita cuma
temenan. Bahkan ketika dia punya cowok, kita tetap jalan bareng.intinya, ketika
di SMA kita adalah sejoli. Aku paham betul segala tingkah lakunya, caranya
bicara, gayanya bertanya, cerdiknya mengkritisi, bahkan table manner dia yang
parah pun aku paham. Lulus SMA, kita sama-sama lanjut di Yogya. Aku kuliah di
sebelah timur sungai, dia di sebelah barat sungai.
Hemm.. ya ya ya.. lanjut..
Di sini awal mulanya. Di kampus, aku larut dalam hiruk pikuk
gerakan mahasiswa, organisasi kemahasiswaan, hingga aksi demo. Itu sangat
menyita seluruh hariku. Sementara dia, juga asyik masyuk dengan dunia
kampusnya. Kita hidup di yogya hanya terpisahkan oleh sungai, tapi masya Allah,
komunikasi pun hampir tak pernah. Hal itu diperparah saat aku begitu letih,
pulang ke kos, kemudian hape ku berdering ada pesan darinya yang memintaku
untuk mengumpulkan tugas kuliahnya, dan aku tak sanggup. I said “no”. Saat itu jam
11.45 malam dan tugas itu harus terkumpul besok pagi via email. Aku yang baru
saja masuk kos hendak rebahan diharuskan keluar lagi untuk ngirim email. I said
“no”. Memang sih tidak pantas seorang wanita kluyuran mencari warnet jam segitu. Makanya dia meminta tolong. Dia
membalas “Aku merasa tidak punya teman”. Pesan itu baru aku baca keesokan harinya.
Dramatis, kaya sinetron bro... FTV..
Sejak saat itu, tak ada lagi komunikasi. Dan aku juga, kok
bisa, merasa tidak ada salah ya.
Nah kui Jar!! Ndableg sih koe ki...
Hingga komunikasi itu terbagun lagi ketika ku dapati
undangan pernikahannya. Aku datang, tapi aku tak masuk ke tempat acara. Aku malu
pada aku sendiri.
Njuk hidangan e gimana?
Hidangan e ya makanan lah..masa batu!!
Hahahaha
Dan kini sosoknya muncul kembali setelah sekian lama
terbenam. Sungguh, aku bukanlah tipe orang yang percaya bahwa ada dua orang bahkan
lebih orang memiliki karakter yang sama. Twin aja pasti memiliki perbedaan. Barangkali
hanya namanya aja yang beda. Tiap kali aku bicara padanya, aku seperti kembali
ke masa SMA. Melihat keceriaannya, ceriwisnya dalam bertanya, gayanya menyampaikan
pendapat, dan barangkali sisi tomboy yang sedikit tampak. Sama. Aku heran. Semoga
dia tidak punya asma kayak Cebee. Tetapi aku dengar, asmanya telah sembuh
sebelum dia menikah. Aku turut berbahagia.
Jarno, ada tisu gak?
Alah lebay koe ki..pakai nangis segala.
Ora.. iki lho umbel ku meler.
Ow yiek!!
Njuk aku kudu piye?
Ora piye piye, Plis. Aku sadar bahwa seorang teman adalah aku, diriku sendiri. Memperlakukan
teman seperti memperlakukan aku adalah suatu keharusan. Sekarang aku lebih
peduli sama teman, apalagi teman hidup. Akan aku hargai setiap detik waktu yang
tercurah dari teman-teman ku dengan hal berharga yang bisa aku berikan.
Teman adalah aku. Apik kui, Jarno. Iso dadi penggantinya Que
Sera-Sera.
Iya,,, jangan perlakukan temanmu secara Que Sera-Sera. Kau akan
tahu berartinya seorang teman setelah kau jauh darinya.
Ow,,, Jarno. Yuk berpelukan, teman!!
Wegah!!! Sopo koe??!!
Jiancuk!!
Jogokaryan, 01052015/1454
0 komentar:
Posting Komentar