Sabtu, 27 Agustus 2016

Bumi Menurutku KOTAK, gaes!


Perdebatan para (yang ngakunya) ilmuwan tentang bentuk bumi makin moncer akhir-akhir ini. Kaum cendekia yang percaya pada bentuk bumi datar (flat earth) yang meredup mulai abad 19, kini moncer dan muncul kembali ke permukaan. Dulu basis argumentasinya adalah eksperimen dan data-data yang mereka percayai sebagai bukti eksistensi teori bumi datar. Kini mulai membawa kaum relijius agar mengartikan beberapa ayat Al Quran secara harfiah bahwa bumi datar berupa hamparan. Hamparan ditafsirkan sebagai tanah lapang dengan permukaan yang datar (walau sedikit gronjal-gronjal).

Buatku, perdebatan itu hanyalah buih di atas lautan. Mempermasalahkan hal yang sebenarnya sudah final sejak Aristoteles menyampaikannya di depan khalayak bahwa bumi itu bulat (perkara bulat utuh, lonjong, atau benjol-benjol, terserahlah!). Selain itu, Wallace juga sudah mematahkan teori bumi datar hasil penelitian di sungai Bedford dengan hadiah yang menggiurkan. Lalu, apalagi yang harus diperdebatkan.

Bagi saya, bumi tidaklah datar atau bulat. Tetapi bumi itu kotak gaes!

Untuk hidup di bumi ini, aku belum pernah menjumpai nasi datar atau nasi bulat menemuiku dikala aku lapar hanya sekedar untuk bertahan hidup. Tetapi nasi kotaklah yang selalu muncul di hadapan saya. Maka bumi itu kotak. Ditemani teh kotak dan alunan ngebit grup band Kotak, aku melanjutkan hidup mengarungi kerasnya persaingan yang seringnya meng-kotak-kotak-an manusia: borjuislah, kerelah, mlaratlah, bajinganlah, munafiklah, relijiuslah, apalah lah-lah yang lain.

Kalau kau datang padau hanya untuk ceramah tentang bentuk bumi, mending kau gali kuburmu sendiri dan hiduplah di dalamnya. Kau pun akan tahu nantinya, bahwa bumi itu kotak, bro! belum pernah pula aku jumpai bentuk kuburan yang datar atau bulat!

Nuwun

Sidikan, 2016

1 komentar: