Dek, kita sama-sama percaya bahwa Allah memiliki kuasa. Bahkan,
kuasaNya meliputi segala hal yang kita punya, se-private apa pun itu. Hal yang sering kita bicarakan adalah kuasa
Allah tentang jodoh, rezeki, dan kematian.
Dek, masih ingatkah bahwa kita dipertemukan dalam kondisi
yang sebaik-baiknya oleh kuasaNya. Aku melihatmu bersama bilangan kawanmu duduk
di anak-anak tangga gedung baru fakultas, menanti jam kuliah berikutnya datang.
Kamu berbalut baju biru. Senyummu lebar menampakkan semburat keanggunan dalam
guratan parasmu. Sementara aku, sedang bergegas menuju kelas yang tak jauh dari
kelasmu. Ku sapa kamu seadanya karena ketergesaan.senyum lebarmu itu rupanya
membekas dalam dinding otakku. Setiap hari bayangmu muncul. Terlebih lagi, tiap
aku ke kampus, aku ingin melihatmu. Tetapi entah kenapa aku justru lari ketika
sekelebat sosokmu muncul dalam ruang gelap mataku.
Aku mengenalmu lebih jauh dengan cara-caramu mengajakku
berkenalan. Cinta itu rupanya telah tertambat. Kamu memang hebat. Bukan hal
mudah bagiku untuk langsung tertarik pada seorang wanita tatkala hati masih
dirundung duka. Tetapi kamu bisa membuka hati ini dengan caramu.
Kamu datang padaku tidak dengan segepok janji manis. Begitu pun
aku, yang mengajakmu untuk mengarungi hidup ini dengan segepok janji manis. Di tempat
yang agak tinggi itu, dalam kondisi yang sebaik-baiknya, ku ungkapkan niat
hatiku. Kamu menerimaku.
Tahun berjalan dan makin berjalan bukan tanpa hambatan. Sempat
terbersit dalam anganku untuk mengakhiri perjalanan ini. Tetapi kamu percaya
padaku dan mengajakku berjuang untuk menata masa depan. Aku tersentuh dengan
kesungguhan itu. Tidak mudah saat itu. Perbedaan pandangan antara aku dan
keluargamu, kamu jembatani dengan baik. Meski sekarang, hal itu tidak
sepenuhnya selesai. Tetapi kamu bisa terus menjadi jembatan yang baik dan kuat.
Terkadang aku malu pada diriku sendiri. Itulah mengapa, setiap kamu menangis,
aku lebih kacau dari apa yang kamu rasakan. Hal romantis adalah idaman setaip
wanita yang sedang berduka. Sayangnya, aku tercipta bukan sebagai lelaki yang romantis.
Bagiku, romantis adalah kita duduk berdua di ruang keluarga berbincan-bincang
tentang apa pun setelah makan malam hingga larut datang menyapa tanpa dirasa. Dek,
maafkan aku yang tak seromantis pemuda-pemuda di luar sana. Aku dibesarkan
tidak dengan banyak harta yang bisa dijadikan hal untuk foya-foya. (Meski
kadang romantis tidak perlu banyak harta.)
Kemudian aku menikahimu di akhir tahun. Kamu ingat, berapa
harta yang harus aku keluarkan untuk acara resepsi kita? Aku tidak ingin
mengungkitnya, tetapi aku ingin membagi bahwa aku membiayainya tanpa campur
tangan keluargaku sepenuhnya. Aku ingin menunjukkan kepada semua bahwa Allah
telah mengatur rezeki kita. Atas izinNya, aku mampu menanggung semua beban ‘biaya
lelaki’ dalam resepsi itu. Secara matematis, hal tersebut tidak mungkin, dek.
Beberapa waktu kemudian, kamu aku ajak ke kos kita di
Yogyakarta. Kos yang kecil, seukuran 2.5X2.5 meter untuk kita hidup. Jujur, aku
menangis melihatmu tidak menolak, tidak malu, dan tidak menuntut. Hanya sebiji
kasur dan magicom juga sebiji kipas angin yang kita miliki. Itu pun beberapa
adalah kado pernikahan kita. Dua bulan kita di sana sebelum kita pindah ke
kontrakan yang lebih luas.
Kontrakan itu adalah kontrakan yang kamu pilih. Aku kembali
mengelus dada menahan tangisku. Terimakasih dek, kamu mampu melihat daya ekonomiku.
Ini tahun kedua kita hidup di kontrakan itu dengan menahan bising suara seng
ketika hujan dan menahan hawa panas yang muncul tatkala kemarau. Kamu lalui itu
dengan lapang meski terkadang kamu sedikit mengeluhkan tetapi masih wajar.
Dek, maafkan aku tatkala aku menegurmu saat pengeluaran
begitu banyak. Aku paham kesukaan mu adalah kuliner. Sungguhm dalam teguranku
aku selalu berharap agar rezeki ku cukup untuk seberapa pun banyaknya
pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyenangkanmu. Di balik itu, aku
berterimakasih padamu karena kamu tidak tergila-gila pada silau dunia:
perhiasan mewah, pakaian bagus dan baru, dan hal lain yang dicintai oleh
kebanyakkan wanita.
Yang terakhir adalah kematian yang ada dalam kuasaNya. Dek,
kamu pasti tahu cita-citaku. Cita-cita itu sebenarnya adalah alibi ku untuk
bisa hidup menua bersamamu dan ada progress untuk kebaikan kita di
dunia-akhirat. Aku ingin menjagamu hingga waktu yang sangat lama. Aku memohon
izin padaNya yang memiliki kuasa untuk mengizinkanku menemani bidadari
dunia-akhiratku, kamu, dalam tenggang waktu yang lama. Bahkan jika diizinkan, aku
ingin mengantarkanmu dan memastikan kamu dalam kondisi baik tatkala Allah
menjemputmu.
Bisa jadi fisikku tak lagi sebaik tatkala kita pertama
jumpa. Kamu pun tahu itu. Aku ingin menjaga fisikku itu, untuk menjagamu,
membimbingmu, dan memastikanmu baik di dunia-akhirat.
Jogokaryan, 25022016/0958
0 komentar:
Posting Komentar