Kamis, 25 Februari 2016

Untukmu, Bidadari Dunia-Akhiratku


Dek, kita sama-sama percaya bahwa Allah memiliki kuasa. Bahkan, kuasaNya meliputi segala hal yang kita punya, se-private apa pun itu. Hal yang sering kita bicarakan adalah kuasa Allah tentang jodoh, rezeki, dan kematian.

Dek, masih ingatkah bahwa kita dipertemukan dalam kondisi yang sebaik-baiknya oleh kuasaNya. Aku melihatmu bersama bilangan kawanmu duduk di anak-anak tangga gedung baru fakultas, menanti jam kuliah berikutnya datang. Kamu berbalut baju biru. Senyummu lebar menampakkan semburat keanggunan dalam guratan parasmu. Sementara aku, sedang bergegas menuju kelas yang tak jauh dari kelasmu. Ku sapa kamu seadanya karena ketergesaan.senyum lebarmu itu rupanya membekas dalam dinding otakku. Setiap hari bayangmu muncul. Terlebih lagi, tiap aku ke kampus, aku ingin melihatmu. Tetapi entah kenapa aku justru lari ketika sekelebat sosokmu muncul dalam ruang gelap mataku.
Aku mengenalmu lebih jauh dengan cara-caramu mengajakku berkenalan. Cinta itu rupanya telah tertambat. Kamu memang hebat. Bukan hal mudah bagiku untuk langsung tertarik pada seorang wanita tatkala hati masih dirundung duka. Tetapi kamu bisa membuka hati ini dengan caramu.

Kamu datang padaku tidak dengan segepok janji manis. Begitu pun aku, yang mengajakmu untuk mengarungi hidup ini dengan segepok janji manis. Di tempat yang agak tinggi itu, dalam kondisi yang sebaik-baiknya, ku ungkapkan niat hatiku. Kamu menerimaku.
Tahun berjalan dan makin berjalan bukan tanpa hambatan. Sempat terbersit dalam anganku untuk mengakhiri perjalanan ini. Tetapi kamu percaya padaku dan mengajakku berjuang untuk menata masa depan. Aku tersentuh dengan kesungguhan itu. Tidak mudah saat itu. Perbedaan pandangan antara aku dan keluargamu, kamu jembatani dengan baik. Meski sekarang, hal itu tidak sepenuhnya selesai. Tetapi kamu bisa terus menjadi jembatan yang baik dan kuat. Terkadang aku malu pada diriku sendiri. Itulah mengapa, setiap kamu menangis, aku lebih kacau dari apa yang kamu rasakan. Hal romantis adalah idaman setaip wanita yang sedang berduka. Sayangnya, aku tercipta bukan sebagai lelaki yang romantis. Bagiku, romantis adalah kita duduk berdua di ruang keluarga berbincan-bincang tentang apa pun setelah makan malam hingga larut datang menyapa tanpa dirasa. Dek, maafkan aku yang tak seromantis pemuda-pemuda di luar sana. Aku dibesarkan tidak dengan banyak harta yang bisa dijadikan hal untuk foya-foya. (Meski kadang romantis tidak perlu banyak harta.)

Kemudian aku menikahimu di akhir tahun. Kamu ingat, berapa harta yang harus aku keluarkan untuk acara resepsi kita? Aku tidak ingin mengungkitnya, tetapi aku ingin membagi bahwa aku membiayainya tanpa campur tangan keluargaku sepenuhnya. Aku ingin menunjukkan kepada semua bahwa Allah telah mengatur rezeki kita. Atas izinNya, aku mampu menanggung semua beban ‘biaya lelaki’ dalam resepsi itu. Secara matematis, hal tersebut tidak mungkin, dek.

Beberapa waktu kemudian, kamu aku ajak ke kos kita di Yogyakarta. Kos yang kecil, seukuran 2.5X2.5 meter untuk kita hidup. Jujur, aku menangis melihatmu tidak menolak, tidak malu, dan tidak menuntut. Hanya sebiji kasur dan magicom juga sebiji kipas angin yang kita miliki. Itu pun beberapa adalah kado pernikahan kita. Dua bulan kita di sana sebelum kita pindah ke kontrakan yang lebih luas.

Kontrakan itu adalah kontrakan yang kamu pilih. Aku kembali mengelus dada menahan tangisku. Terimakasih dek, kamu mampu melihat daya ekonomiku. Ini tahun kedua kita hidup di kontrakan itu dengan menahan bising suara seng ketika hujan dan menahan hawa panas yang muncul tatkala kemarau. Kamu lalui itu dengan lapang meski terkadang kamu sedikit mengeluhkan tetapi masih wajar.

Dek, maafkan aku tatkala aku menegurmu saat pengeluaran begitu banyak. Aku paham kesukaan mu adalah kuliner. Sungguhm dalam teguranku aku selalu berharap agar rezeki ku cukup untuk seberapa pun banyaknya pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyenangkanmu. Di balik itu, aku berterimakasih padamu karena kamu tidak tergila-gila pada silau dunia: perhiasan mewah, pakaian bagus dan baru, dan hal lain yang dicintai oleh kebanyakkan wanita.

Yang terakhir adalah kematian yang ada dalam kuasaNya. Dek, kamu pasti tahu cita-citaku. Cita-cita itu sebenarnya adalah alibi ku untuk bisa hidup menua bersamamu dan ada progress untuk kebaikan kita di dunia-akhirat. Aku ingin menjagamu hingga waktu yang sangat lama. Aku memohon izin padaNya yang memiliki kuasa untuk mengizinkanku menemani bidadari dunia-akhiratku, kamu, dalam tenggang waktu yang lama. Bahkan jika diizinkan, aku ingin mengantarkanmu dan memastikan kamu dalam kondisi baik tatkala Allah menjemputmu.

Bisa jadi fisikku tak lagi sebaik tatkala kita pertama jumpa. Kamu pun tahu itu. Aku ingin menjaga fisikku itu, untuk menjagamu, membimbingmu, dan memastikanmu baik di dunia-akhirat.

Jogokaryan, 25022016/0958


0 komentar:

Posting Komentar