Sekian malam minggu berlalu, baru
kali ini saya beranikan diri berjalan. Di sisi jalan yang ramai, ku temui
Kesepian yang sedang duduk memandang lampu jalanan.
Merasa perlu, saya hampiri dia
yang sedang sendirian menikmati malam.
Saya tawarkan sesuatu, “Ada yang
bisa saya bantu?”
Tanpa menatap, dia pergi
menyingkir.
Saya mematung. (FB-ET)
Dear kekasihku
Puisi itu sederhana. Hanya kata-kata
yang terpisahkan oleh barisan spasi atau jarak. Dalam penulisan, spasi memberikan
tanda kejelasan makna pada setiap kata. Dalam percintaan spasi menandakan
kesetiaan. Keduanya memiliki fungsi yang sama: KEPASTIAN. (FB-ET)
Entah mengapa baru malam minggu
ini ku sadari ingin berlaku berbeda. Melepas segala atribut yang biasa
digunakan. Aku tanggalkan ponsel ku, motorku, pakaian resmiku (ku ganti dengan
casual), tesis dan tulisan-tulisanku. Hanya sepenggal buku lusuh dan pensil ini
yang masih menemaniku. Sempat sedikit hujan gerimis. Dan ku tanggalkan pula payung
yang biasa meneduhi kita. Sungguh aku tak ingin bunuh diri seperti ketakutanmu
karena air hujan. Aku masih percaya pada hujan yang selalu berlaku jujur.
Kekasihku,
Aku tak pernah menyangsikan
keputusanku memilihmu. Kau memang bukan wanita “best seller” meski terkadang dalam duniamu, kau lah sang primadona
itu. Dan terkadang pula, aku minder karenanya. Tetapi lambat laun, ku sadari
benar adanya bahwa kau lah wanita “limited
edition”. Yang “best seller”
sering ada diskon, promo, kritik, buih-buih apresiasi pembaca atau tokoh, atau
apalah itu. Tidak objektif aku memandangnya.tetapi kau, tidak. Aku menemukanmu
dari gumpalan pasir yang menggunung. Dan kau duduk manis di puncak gumpalan
itu. Aku harus mendakinya untuk menemui mu. (FB-ET)
Ibu dari anak-anakku,
Kau tau? Bahwa ada satu hal yang
masih menyelimuti hari-hariku. Aku terus berusaha untuk tidak malas-malasan,
untuk tidak membuang-buang waktu, plus untuk tidak selengekan. Agar suatu hari nanti anak kita datang tiba-tiba dari
masa depan untuk inspeksi mendadak kegiatan bopo-nya di masa muda, dia tidak
akan kecewa. Sungguh, aku ingin dia berkata, “Tuhan aku setuju dia menjadi
ayahku di masa depan. Tetapi ingatkan dia untuk selalu tidak lupa sarapan”.
(FB-ET)
Ingatkah kau kekasihku,
Belum ada setengah tahun kita
terbang. Hal yang masih menjadi misteri adalah kebahagiaan dan kesusahan. Kita sama-sama
belum mampu menatap kedua hal tersebut. Tetapi ingatlah, kita masih hidup di
dunia, semua yang ada hanyalah seperti ketika kita duduk bersama di tepian
jalan Malioboro menikmati malam dan ribuan kendaraan berlalu lalang. Kadang kita
menunjuk satu atau dua kendaraan yang menarik perhatian. Kita adalah kita, dan
ribuan kendaraan itu adalah kesusahan dan kebahagiaan, dan kendaraan yang kita
tunjuk adalah keputusan. Maka panggillah satu dari dua misteri itu, maka kita
akan tahu dia menoleh ke arah kita. Tentu, kita ingin memanggil kebahagiaan. Tetapi
bila kesusahan itu datang, maka yakinlah itu hanya sementara dan kebahagiaan
akan kembali lewat untuk kita sapa.
Duhai canduku,
Kepastian ini pasti akan datang. Seperti
tatkala dulu kita menyemai harapan, kemudian bisa sampai pada jalanan terang. Tuhan
tak akan pernah sia-sia pada apa yang telah kita usahakan. Bahwa setitik cahaya
akan datang menemui kita tatkala kita masih memiliki harapan.
Seeding hopes, changing lives.
Jogokaryan
12042015/0649
0 komentar:
Posting Komentar