Selasa, 05 Mei 2015

Lupa Kelamin


Heh!!! Itu beneran judulnya kayak gitu, Om John?, sergah Cuplis.
Emang kenapa Plis?, sergah Jarno.
Iya, betul. Memang judulnya seperti itu, jawab Om John. Ada masalah, Cuplis?
Ow, gak kok Om John. Kalau ada hal yang agak gimana gitu, langsung penasaran. Gue mah gitu orangnya.
Alangkah lebih baiknya, Om John menyampaikan apa yang dimaksud dengan lupa kelamin, bujuk Paman Pithak.
Aku rasa pun demikian baiknya, jawab Om John.
Cucok booo, cericau Cuplis.
Baiklah, kawan-kawanku yang dirahmati Allah. Pada kesempatan Celoteh Malam Minggu kali ini, saya ingin curhat sedikit tentang cinta.
Ciye ciye ciye ciye, sahut Cuplis dan Jarno yang merasa topik itu adalah dunianya.
Om John belum bias move on niyeeee…, gurau Cuplis.
Hust hust hust.. lambe mu kui lho. Meneng!!!, gertak Jarno
Saya miris melihat fenomena anak-anak muda jaman sekarang ini. Bahkan mereka yang duduk dalam lingkungan akademik, terdidik, mampu berpikir bebas tapi kebablasan. Setahu saya, yang namanya kelamin itu ya cuma ada dua: laki-laki dan perempuan. Apapun bahasanya yang digunakan untuk menyebut, dimana-mana ya cuma ada dua itu. Memang, pengakuan terhadap jenis kelamin itu pada dasarnya diklaim oleh budaya dan persepsi masyarakat. Bahwa yang punya Rahim dan vagina adalah perempuan. Yang punya penis dan zakar adalah laki-laki. Itu ciri-ciri fisik yang mudah diamati sebagai penanda persepsi masyarakat.
Diamati cuk, kae rungokna!!, bisik Cuplis pada Jarno. Jal nggonamu sing ndi tak amati keneh!!
Jarno bergeming, acuh.
Baru-baru ini, masyarakat tidak lagi puas dengan definisi laki-laki atau perempuan via fisik saja. Mereka mencoba melihat dari sisi psikologis dan kedokteran. Bahwa tubuh laki-laki tapi berjiwa feminin dikatakan sebagai jiwa yang terperangkap pad atubuh yang salah. Juga sebaliknya. Apa gak edan itu!! Nyalah-nyalahke Gusti Allah. Emang e Gusti Allah ki guoblog po?? Uedan kae wong!! Dari sisi kedokteran, yang diangap paling logis dan paling klinis mendekati kebenaran, dikatakan bahwa secara fisik adalah, misalnya, laki-laki tetapi secara kromosom dan hormon adalah perempuan. Opo neh iki?? Njuk yang ngasih hormon dan kromoson ki sopo??mbok mu? Bapakmu? Kalau mereka berdua yang menentukan ya jelas, ada kemungkinan salah. Tetapi kalau yang ngasih itu semua Gusti Allah, apa ya salah? Njuk yang ngasih otak di dalam kepalamu sehingga berpikir mengsle kayak gitu siapa? Ya Gusti Allah. Tapi sing mengsle ki kowe!!ora iso menggunakan alat dengan baik.
Lha kenapa Gusti Allah membiarkan ketidakbeneran ini terjadi, Om?, tanya Jarno.
Lha biar rame dunia ini. Biar semua orang berpikir mencari hikmah yang telah disebar oleh Gusti Allah. Bukankah Allah selalu menyampaikan bahwa ISLAM adalah agama orang-orang yang berpikir untuk mencari cahaya kebenaran dari Allah SWT bukan klenik bukan sesaji. Allah juga tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum tersebut tidak berusaha merubahnya. Jadi ibarat kamu bimbingan skripsi, njuk proposalmu diajukan kepada pembimbing dan di acc, nah berarti kamu aman dan bias lanjut. Dari sudut pandang pembimbing, skripsimu OKE. Tetapi kalau pembimbing memintamu revisi, berarti ada yang salah. Nah, perkara kamu mau merevisinya atau tidak kan terserah kamu to?? Tibalah saat pendadaran, njuk kamu ketahuan tidak merevisi, lha kan rampung akhir cerita pendadaranmu. Dah jelas to hasilnya to.
Oya Om…
Ditambah lagi pernikahan sejenis yang minta dilegalkan secara hukum. Otaknya dimana itu. Tujuan utama pernikahan adalah untuk menghasilkan generasi penerus dengan jalan yang halal, bukan SEMATA-MATA menyalurkan hawa nafsu. Orang-orang pintar itu yang mengagungkan pernikahan sejenis atas nama HAM juga edan kok. Ra mikir. Sesama laki-laki, bisa kawin? Bisa. Sesama perempuan bis kawin? Bisa. Tetapi kan tidak bisa menghasilkan keturunan dari proses kawin itu! Cuma ngumbar nafsu birahi! Kalau cuma mengumbar nafsu birahi,apa bedanya dengan ayam! Esensi pernikahan yang anut mereka, tidak sampai pada tujuan asasi, yang katanya memperjuangkan Hal ASASI Manusia. Lha opo kui nek kaya gitu!!
Lupa kelamin tu efeknya untuk masyarakat lebih berbahaya daripada lupa ingatan.

Jogokaryan, 05052015/0848

0 komentar:

Posting Komentar