Senin, 21 Desember 2015

Tatkala Semesta di Bawah Kaki Kita


Ingatkah kau, Jarno tatkala dulu kau masih duduk di bangku SMP?, tanya Om John.
Apa yang harus aku ingat Om?
Apa pun yang kau masih ingat.
Tidak ada yang musti diingat.
Cobalah, apa yang pernah kau lakukan dulu sehingga kau seperti sekarang ini.
Aku hanya ingat, dulu aku introvert.
Kemudian?
Aku sulit bergaul, hanya memiliki sedikit teman-teman sebaya, yang selalu bersama-sama ketika berangkat sekolah mengendarai sepeda, berkebut-kebutan di tegalan sawah, mampir di warung es ketan ireng sebelah kamar mayat setiap kali pulang sekolah, jatuh terserempet di perempatan Tugu Lawet kemudian disorakin oleh teman-teman dengan sebutan ‘goyang dombret’, selalu dihukum mengelilingi alun-alun kota tiap kali pelajaran olah raga karena tidak hafal gerakan-gerakan senam semi-militer, kemudian malah makan di warung angkringan, hemmm,,, apa lagi Om? Dan untuk apa ini semua? Aku tak paham.
Nah, kau ingat perlahan. Yang lain, yang lain, tentang pendidikanmu dan ujian nasionalmu dulu.

Ah, aku sangat ingat tentang ujian nasional di SMP dulu.
Apa itu?
Aku bilang kepada teman-temanku saat H-1 UAN, siang hari, pada suatu sawah yang berangin sumribit, tidak terlalu panas, dan mendung meneduhi. Aku masih ingat, Om, aku bilang “Esok untuk apa kita belajar Bahasa Inggris, karena Bahasa Indonesia saja belum becus. Berapa nilai kalian? 10 kah?? 9 kah?? Tidak, to?? Jadi lebih baik belajar Bahasa Indonesia daripada Bahasa Inggris.” Dan aku benar-benar tidak belajar Bahasa Inggris saat itu.
Hasilnya?

Diluar dugaan, aku dapat nilai tertinggi dari teman-teman ku yang ternyata juga katanya tidak belajar karena provokasiku.
Sudahkah kau bersyukur, nak?
Aku tak mengerti apa itu syukur saat itu. Yang aku tau, aku tersadar bahwa tidak belajar saja aku bisa dapat nilai semacam itu, bagaimana kalau aku belajar? Pasti lebih baik.
Dan kau belajar kemudian?
Ya, sungguh-sungguh.
Hasilnya?

Aku adalah salah satu duta Kebumen untuk English Olympiad di Semarang tingkat SMA se-Jawa Bali saat itu.
Berhasil?
Gagal
Bukan gagal, tetapi berhasil sesuai dengan kemampuanmu. Semesta berada di bawah kaki mu, mendukungmu tanpa kau minta.
Lalu apa maksud Om menanyakan ini semua?
Nak, Jarno, tidakkah kau lihat saat ini apa saja yang dititipkan padamu?
Aku belum mengerti Om.
Kau harus jujur pada dirimu sendiri. Apakah kesungguhanmu menata hidup, apakah kesungguhanmu bercengkrama dengan Tuhanmu lebih dalam dari pada segala bentuk kenakalanmu?

-aku tertunduk-
Bukankah ini yang tengah kau keluhkan?
Iya Om. Keluhanku tak kunjung usai. Tapi bukankah itu fitrah?
Tidak, nak. Itu adalah kemampatan pikirmu semata.
Tetapi hidup ini, serasa menghimpit makin keras, Om.
Itu karena hatimu yang terlalu nakal yang berkonspirasi dengan akal budi mu yang liar karena masalah kecil yang buat besar. Masalah tak bisa kau hindari, karena masalah adalah dirimu sendiri.
Lalu?

Ingatkan kau dulu melakukan hal besar bahkan ketika usiamu masih di bangku SMP. Kau berani bersikap dan menerima resiko atas sikapmu itu. Untunglah resiko itu positif. Itu pun yang seharusnya kau lakukan: Berani Bersikap terhadap segala masalahmu. Jangan kau katakan pada Tuhanmu bahwa kau punya masalah, tetapi katakanlah, “Hai masalah, aku punya Tuhan!”. Dalam kenakalanmu sekarang, nikmat Tuhanmu tak pernah berhenti mengalir, bagaimana bila kau patuh seutuhnya padaNya? Aku mengutip pertanyaanmu dulu.

Nak, yang perlu kau lakukan sekarang adalah memunculkan sikap. Tuhanmu berfirman, kalau kau sungguh-sungguh mendekat padaNya sejengkal, Dia akan mendekatiMu selengan. Paulo Coelho bilang, kalau kau sungguh-sungguh menginginkan sesuatu maka semesta akan mendukungmu. Kant bilang, semesta adalah representasi keberadaan Tuhan, mendekatlah dan cintailah semesta untuk menemukan jalan mencintai Tuhan. Dan actor-aktor film 5 cm bilang, yang diperlukan adalah meyakini dan menempatkan yang kau inginkan di depan dahimu sejauh 5 cm.
Jarno hanya bisa menatap Om John dalam-dalam. Matanya berkaca-kaca dalam berbagai nuansa tak terkata. Lorong waktu itu seolah terbuka dan membentangakan daun pintunya untuk Jarno melangkah masuk menatap masa depannya. 2014 hendak datang yang di dalamnya, Jarno gantungkan dua cinta.
Nak, yakinlah, yakinlah. Semesta akan mendukungmu untuk melalui ini semua. Dan bersikaplah!

Klebengan, baitApat, Yogya
281113/1401




0 komentar:

Posting Komentar