Ingatkah kau, Jarno tatkala dulu kau masih duduk di bangku
SMP?, tanya Om John.
Apa yang harus aku ingat Om?
Apa pun yang kau masih ingat.
Tidak ada yang musti diingat.
Cobalah, apa yang pernah kau lakukan dulu sehingga kau
seperti sekarang ini.
Aku hanya ingat, dulu aku introvert.
Kemudian?
Aku sulit bergaul, hanya memiliki sedikit teman-teman
sebaya, yang selalu bersama-sama ketika berangkat sekolah mengendarai sepeda,
berkebut-kebutan di tegalan sawah, mampir di warung es ketan ireng sebelah
kamar mayat setiap kali pulang sekolah, jatuh terserempet di perempatan Tugu
Lawet kemudian disorakin oleh teman-teman dengan sebutan ‘goyang dombret’,
selalu dihukum mengelilingi alun-alun kota tiap kali pelajaran olah raga karena
tidak hafal gerakan-gerakan senam semi-militer, kemudian malah makan di warung
angkringan, hemmm,,, apa lagi Om? Dan untuk apa ini semua? Aku tak paham.
Nah, kau ingat perlahan. Yang lain, yang lain, tentang
pendidikanmu dan ujian nasionalmu dulu.
Ah, aku sangat ingat tentang ujian nasional di SMP dulu.
Apa itu?
Aku bilang kepada teman-temanku saat H-1 UAN, siang hari,
pada suatu sawah yang berangin sumribit, tidak terlalu panas, dan mendung
meneduhi. Aku masih ingat, Om, aku bilang “Esok untuk apa kita belajar Bahasa
Inggris, karena Bahasa Indonesia saja belum becus. Berapa nilai kalian? 10
kah?? 9 kah?? Tidak, to?? Jadi lebih baik belajar Bahasa Indonesia daripada
Bahasa Inggris.” Dan aku benar-benar tidak belajar Bahasa Inggris saat itu.
Hasilnya?
Diluar dugaan, aku dapat nilai tertinggi dari teman-teman ku
yang ternyata juga katanya tidak belajar karena provokasiku.
Sudahkah kau bersyukur, nak?
Aku tak mengerti apa itu syukur saat itu. Yang aku tau, aku
tersadar bahwa tidak belajar saja aku bisa dapat nilai semacam itu, bagaimana
kalau aku belajar? Pasti lebih baik.
Dan kau belajar kemudian?
Ya, sungguh-sungguh.
Hasilnya?
Aku adalah salah satu duta Kebumen untuk English Olympiad di Semarang tingkat SMA
se-Jawa Bali saat itu.
Berhasil?
Gagal
Bukan gagal, tetapi berhasil sesuai dengan kemampuanmu.
Semesta berada di bawah kaki mu, mendukungmu tanpa kau minta.
Lalu apa maksud Om menanyakan ini semua?
Nak, Jarno, tidakkah kau lihat saat ini apa saja yang
dititipkan padamu?
Aku belum mengerti Om.
Kau harus jujur pada dirimu sendiri. Apakah kesungguhanmu
menata hidup, apakah kesungguhanmu bercengkrama dengan Tuhanmu lebih dalam dari
pada segala bentuk kenakalanmu?
-aku tertunduk-
Bukankah ini yang tengah kau keluhkan?
Iya Om. Keluhanku tak kunjung usai. Tapi bukankah itu
fitrah?
Tidak, nak. Itu adalah kemampatan pikirmu semata.
Tetapi hidup ini, serasa menghimpit makin keras, Om.
Itu karena hatimu yang terlalu nakal yang berkonspirasi
dengan akal budi mu yang liar karena masalah kecil yang buat besar. Masalah tak
bisa kau hindari, karena masalah adalah dirimu sendiri.
Lalu?
Ingatkan kau dulu melakukan hal besar bahkan ketika usiamu
masih di bangku SMP. Kau berani bersikap dan menerima resiko atas sikapmu itu.
Untunglah resiko itu positif. Itu pun yang seharusnya kau lakukan: Berani
Bersikap terhadap segala masalahmu. Jangan kau katakan pada Tuhanmu bahwa kau
punya masalah, tetapi katakanlah, “Hai masalah, aku punya Tuhan!”. Dalam
kenakalanmu sekarang, nikmat Tuhanmu tak pernah berhenti mengalir, bagaimana
bila kau patuh seutuhnya padaNya? Aku mengutip pertanyaanmu dulu.
Nak, yang perlu kau lakukan sekarang adalah memunculkan
sikap. Tuhanmu berfirman, kalau kau sungguh-sungguh mendekat padaNya sejengkal,
Dia akan mendekatiMu selengan. Paulo Coelho bilang, kalau kau sungguh-sungguh
menginginkan sesuatu maka semesta akan mendukungmu. Kant bilang, semesta adalah
representasi keberadaan Tuhan, mendekatlah dan cintailah semesta untuk
menemukan jalan mencintai Tuhan. Dan actor-aktor film 5 cm bilang, yang
diperlukan adalah meyakini dan menempatkan yang kau inginkan di depan dahimu sejauh
5 cm.
Jarno hanya bisa
menatap Om John dalam-dalam. Matanya berkaca-kaca dalam berbagai nuansa tak
terkata. Lorong waktu itu seolah terbuka dan membentangakan daun pintunya untuk
Jarno melangkah masuk menatap masa depannya. 2014 hendak datang yang di
dalamnya, Jarno gantungkan dua cinta.
Nak, yakinlah, yakinlah. Semesta akan mendukungmu untuk
melalui ini semua. Dan bersikaplah!
Klebengan, baitApat, Yogya
281113/1401
0 komentar:
Posting Komentar