Bro, lihat nih. Artikelnya keren. Judulnya “Memperkosa Tanpa
Penis”. Beuh mantap!, kata Cuplis.
Kok bisa ya? Memperkosa tanpa penis, tuh gimana caranya?, tanya
Jarno.
Lha kok tanya aku toh? Lu pikir aku tau caranya?
Wo, kamu gak tau toh? Lha trus kenapa pamer artikel itu ke
aku? Kamu dah baca belum? Siapa tau di artikel itu ada tips and trik memperkosa
tanpa penis.
Ndas mu!!! Ini artikel analitis! Dari pemikiran yang
mendalam.
Wo, lewat anal toh? Bisa ya?
Asu kowe ki! Pikiran e jangan ngeres dulu! Jangan dipotong-potong,
“ANALITIS”!! yang lengkap!
Ow yoyoyo.
Awalnya aku baca memang gak paham. Bahasa-bahasa wong
kuliahan lah. Tapi beberapa jam kemudian aku lihat ada berita di Tangerang,
seorang wanita meninggal dan ditemukan gagang cangkul menancap di vaginanya.
Astaghfirullah… itu beneran?
Bener. Berarti gagang cangkul bisa jadi pengganti penis yak?
Ow mungkin itu maksud dari memperkosa tanpa penis, Jarno!
Ho oh po? Kalo menurutku, memperkosa tanpa penis ki
maksudnya lebih pada aspek sosial. Istilah memperkosa bukan hanya sebatas pada
aktivitas seksual semata. Tetapi ketika hak-hak seseorang dengan paksa dirampas
oleh orang lain itu juga pemerkosaan. Dan gak butuh penis untuk melakukan itu. Ingat
kan omongannya Om John malam minggu kemarin.
Opo kuwi maksudnya, Jarno?
Goblok tenan kowe jebulnya yak!
Crigis kowe! Piye? Jelaskan yang sederhana aja!
Misalkan, kamu akan berobat di rumah sakit kemudian kamu
mendapatkan pelayanan yang diskriminatif, tidak sama dengan yang lain padahal
layanan tersebut harusnya sama untuk siapa pun dengan status sosial apa pun, hanya
karena kamu gak ganteng. Nah dalam posisi itu, kamu diperkosa. Kan bukan kamu
yang menentukan ganteng atau jeleknya muka kamu.
Ow begitu. Kalau di rumah sakit itu yang melayani aku, pas ndilalah
cowok gimana?
Masalahnya apa?cewek atau cowok gak apa-apa asalkan
pelayanannya sama untuk semua.
Berarti aku diperkosa cowok dong?
Aaaarrrrrrrrrrggghhhhhhh…
Salahku apa?
Salahmu adalah kowe guobloookk!!
Kan bukan aku yang menentukan aku pinter atau goblok to?
Aaaarrrrrrrrrrggghhhhhhh…
Tapi, cowok karo cowok dan cewek karo cewek katanya sekarang
lagi nge-trend bro.
LGBT?
Opo kuwi?
Ya itu, kayak yang kamu omongin tadi. Males aku mau
njelasin, ntar distorsi lagi.
Ow… gitu ya?? Keren yak..
Sak karepmu
Hidup lama-lama mengerikan ya, Jarno.
Lha gimana?
Ya, kayak begitu itu. Orang makin gila pada apa yang dilihat
saja. Tapi semakin rapuh pada esensi dan nilai moral yang ada dalam setiap lini
kehidupan. Yang dikejar hanyalah bentuk-bentuk indrawi semacam status sosial,
jabatan, kekayaan, dan apa aja yang sebenarnya semua itu tidak dibawa mati.
Wuah… lagi waras nih kamu! Ini nih Cuplis yang tidak aku
kenal selama ini!
Hidup di dunia ini, setelah aku resapi, hanyalah seperti
ketika kita tidur dan bermimpi. Kita baru sadar kalau kita sedang bermimpi
hanya setelah kita terbangun dari tidur. Selama bermimpi, yang ada dalam
pandangan kita semua nyata. Tapi padahal itu semua semu. Merinding juga ketika
Om John bilang bahwa hidup sesungguhnya adalah setelah kita mati. Jadi kita ini
sedang bermimpi toh?
Aku setuju. Dan setelah bangun, sering kita tak bisa
mengulang mimpi itu meskipun kita tertidur lagi.
Yoi, bro! baru saja aku mengalaminya.
Mimpi apa?
Hemm ada deh!
Hemm, sik sik. Kamu pagi-pagi gini dah wangi, rambut juga
wangi, badan wangi, muka lumayan cerah berbinar. Aku tau. Mimpi enak ya?
Tapi aku mau ngulangi lagi, gak bisa je bro.
Asu kowe ki…
Jogokaryan, 17052016/0704
0 komentar:
Posting Komentar