Woi Jarno, apa-apaan itu judulnya kayak gitu?, tanya Cuplis.
Lha emang kenapa? Kita mau ngomongin Jogja nih.
Lha tapi judulnya itu lho… pesimis tenan!
Harusnya gimana?
Ya dah deh. Gue ngikut aja. Darimana dapat judul itu?
Terinspirasi dari Raka
Raka siapa, Jarno?
Itu lho Raka itu..halah nama lengkapnya siapa ya... orangnya
cungkring, rambut agak kriting, pakai kaca mata.
Raka, raka raka, siapa ya?? Raka Ginting?
Bukan
Raka Wijaya?
Bukan
Raka Thokan (baca: gak pakai celana)?
Ho oh,,kui… wes ah, ra penting mbahas nama… apalah arti
sebuah nama bila mawar tetaplah berduri kata Sakespir.
Hahaha, sok nyastra koe ki, seloroh Cuplis.
Selama liburan kemarin, long
weekend, sama sekali aku gak berani bepergian. Apalagi menuju wilayah Kota atau
Sleman.
Wah iyo,,, uedian tenan og… tambah judeg emang aku. Jogja gak
seperti dulu, 8 tahun yang lalu lah.
Perubahan itu fitrah, Plis. Tapi perubahan menuju titik apa
yang itu menjadi waspada.
Su’udzon khasanah
Yooo…karepmu
Lha iyo, Jarno. Liat aja. Keran-keran air raksasa ada di
mana-mana lagi mbangun hotel berbintang, sarana umum yang makin semrawut, jalanan
yang makin macet, jian jian.
Ditambah lagi, “Cumi-Cumi” kota yang katanya jadi solusi
transportasi murah, malah bikin parah. Supir e ugal-ugalan, bentuk bisnya juga
parah. Jian.
Gak cuma itu, Dab. Kasus pembacokan, perampokan, begal, ada
di mana-mana.
Gubernur ke mana yak?
Kui udu gubernur Dab!! Tapi tuan tanah! Jadi ya, suka-suka
yang punya tanah dong.
Tapi ngono yo ngono ning ojo ngono (jangan keterlaluan).
Long weekend juga adalah masa me-nereka-kan Jogja bro, macet
di mana-mana. Okelah, Jogja akan dijadikan kota pariwisata, tapi mana manejemen
kotanya? Ora mung ngomong thok!
Tiap tahun juga manusia-manusia datang dari berbagai penjuru
untuk kuliah di Jogja. Parahnya, setelah lulus kuliah, mereka justru ngendhog
nang Jogja, ora metu!
Lha koe piye?
Hahahahaha, aku wong Jogja yo Dab!!! Dulu itu bapaknya
kakeknya kakeknya kakekku orang Jogja Dab!
Halah lambemu ki!
Jogokaryan, 080516/0751
0 komentar:
Posting Komentar